
Anyaman Bambu Citangtu: Warisan Tak Lekang Waktu yang Butuh Uluran Tangan
Di tengah gempuran produk modern, gairah akan tradisi masih berdenyut di Lingkungan Talahab, Kelurahan Citangtu, Kecamatan Kuningan. Di sini, tangan-tangan terampil para sesepuh masih setia merangkai bilah-bilah bambu menjadi beragam peralatan rumah tangga, sebuah warisan budaya yang tak ternilai harganya.
Apresiasi pun datang dari wakil rakyat, namun di balik itu, ada asa yang terancam tergerus zaman. Saat menyambangi konstituennya, Ahad (27/7/2015), Anggota DPRD Kuningan dari Fraksi Gerindra, Sri Laelasari, tak mampu menyembunyikan kekagumannya.
Ia mengucapkan terima kasih kepada warga Lingkungan Talahab yang gigih mempertahankan tradisi pembuatan kerajinan tangan dari anyaman bambu.
“Saya sangat mengapresiasi semangat warga Citangtu yang masih banyak membuat kerajinan tangan dari anyaman bambu untuk peralatan rumah tangga. Ini adalah kekayaan lokal yang harus kita jaga,” tutur Sri Laelasari.
Beragam produk seperti bakul, nampan, kipas, nyiru/tampah, hingga keranjang, lahir dari tangan-tangan cekatan tersebut. Sebagian dibuat berdasarkan pesanan, sementara yang lain dipasarkan dengan berkeliling ke sejumlah desa di Kabupaten Kuningan.
Namun, di balik kegigihan para pengrajin, ada tantangan besar yang mengancam keberlangsungan tradisi ini. Didi, salah seorang pengrajin anyaman bambu, mengakui bahwa jumlah pembuat kerajinan tangan anyaman bambu di Citangtu sudah mulai berkurang drastis seiring perkembangan zaman. “Peralatan rumah tangga dari anyaman bambu ini sudah tergeser oleh barang-barang yang terbuat dari plastik,” keluhnya.
Lebih mengkhawatirkan lagi, keahlian menganyam bambu kini kurang diminati oleh generasi muda. Akibatnya, yang tersisa hanya para orang tua yang masih setia menekuni kerajinan ini. Tanpa regenerasi, Didi khawatir warisan berharga ini akan punah ditelan waktu.
Melihat kondisi ini, Sri Laelasari berharap Dinas Koperasi, UMKM, Perdagangan, dan Perindustrian Kabupaten Kuningan dapat memberikan perhatian lebih serius terhadap keberadaan industri rumah tangga ini. “Jika tidak mendapatkan perhatian, tradisi membuat peralatan rumah tangga dari bambu yang telah menjadi ciri khas dan tradisi turun temurun di wilayah Citangtu ini bisa punah,” tegas Legislator Gerindra Dapil 1 Kuningan ini.
Perhatian yang diharapkan bisa beragam bentuknya, mulai dari pembinaan untuk meningkatkan kualitas dan kerapian anyaman, bantuan permodalan, hingga dukungan dalam hal pemasaran.
Dengan sentuhan dan dukungan yang tepat, asa para pengrajin di Citangtu untuk melestarikan warisan berharga ini diharapkan dapat terus menyala, menjaga agar denyut ekonomi dan budaya lokal tetap hidup di tengah kemajuan zaman. (Nars)